Kamis, 23 September 2010

Arti Salam Dalam Islam

Makna Salam Dalam Konsepsi Al-Qur’an

Salam secara harfiyah berarti selamat, damai dan sejahtera. Selamat berarti luput dari aib, cacat, kekurangan atau kebinasaan. Oleh karena itulah, jika terjadi kecelakaan, kemudian ada yang luput dari bencana itu maka dia disebut orang yang selamat. Seperti halnya uamt nabi Nuh yang disebut Allah sebagai uamt yang selamat, karena luput dari kehancuran dan kebinasaan banjir bah yang menimpa kaumnya. Seperti disebutkan dalam surat Hud [11]: 48
قِيلَ يَانُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya: “Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu'min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami."
Keselamatan ada yang berbentuk apsif dan ada yang berbentuk aktif. Jika kita memberikan ucapan selamat kepada teman yang meraih kesuksesan dalam sebuh tugas atau pekerjaan, maka itu berarti dia bukan hanya terlepas dari bahaya, kerugian atau keburukan, namun lebih jauh dia meraih kebajikan berupa keberhasilan.
Keselamatan atau kedamaian adalah tujuan hakiki dari kehidupan setiap muslim. Oleh karena itulah, sorga juga disebut sebagai rumah kedamaian (dar as-salam). Seperti disebutkan dalam surat Yunus [10]: 25
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”
Begitu juga, Allah swt. menamakan Dzat-Nya dengan al-Salam atau sumber keselamatan. Seperti disebutkan dalam surat al-Hasyar [59]: 23
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Artinya: “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
Salam merupakan kedamaian yang dirasakan dalam hati seseorang. Lawannya adalah keresahan atau kegundahan hati. Keresahan hati tersebut bentuknya ada dua. Jika keresahan tersebut menyangkut apa yang akan terjadi maka hal itu disebut takut. Sementara, jika keresahan tersebut lahir terhadap apa yang sudah terjadi maka ia disebut sedih. Oleh karena itulah, muncul ungkapan “Dia takut akan kehilangan hartanya atau dia bersedih telah kehilangan hartanya”.
Kepatuhan akan aturan dan perintah Allah akan mendatangkan kedamaian hati pada seseorang. Sementara itu, pelanggaran terhadap aturan dan perintah Allah akan mendatangkan kersehan hati. Itulah sebabnya, kenapa nabi Adam dan hawa diperintahkan keluar dari sorga dengan bibit permusuhan. Seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 36
… وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ…
Artinya: “…"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,…”.

Adam dan Hawa ketika melakukan larang Allah dilanda keresahan jiwa. Keresahan itu adalah rasa takut akan mendapatkan hukuman Allah, serta sedih karena telah kehilangan nikmat sorga.
Kondisi jiwa seperti ini membuat mereka tidak harmonis, sehingga lahir sikap saling menyalahkan. Akibat dari sikap saling menyalahkan, timbullah permusuhan. Sementara itu, keresahan, ketidakharomisan serta permusuhan tidak boleh ada di dalam sorga. Karena sorga adalah rumah kedamaian (dar as-salam). Seperti disebutkan dalam ayat di atas.
Begitu juga ketidakharmonisan tidak boleh ada di dalam sorga karena sorga adalah tempat yang tidak pernah ada kecekcokan di dalamnya, seperti disebutkan dalam surat surat Yunus [10]: 10. Di dalam sorga juga tidak boleh ada permusuhan, sebab rasa permusuahn juga dicabut dari penghuninya, seperti disebutkan dalam surat al-A’raf [7]: 43.
Oleh sebab itu pula, dalam riwayat disebutkan bahwa nabi Adam as. dan Hawa dibuang ke bumi dalam keadaan terpisah dalam waktu yang cukup lama, demi menghapus rasa ketidakharmonisan. Begitu pula, sebabnya generasi manusia yang pertama langsung melakukan pembunuhan, sebagai wujud dari cikal-bakal ketidakharmonisan dan permsuhan tersebut.
Untuk memperoleh kedamaian dan menghilangkan keresahan jiwa tersebut berupa ketakutan dan kecemasan hendaklah manusia mengikuti petunjuk dan tuntunan Tuhan. Itulah sebabnya, kenapa nabi Adam dan Hawa diperintahkan untuk mengikuti pentujuk Tuhan ketika sampai di bumi, agar rasa takut dan cemas hilang dari mereka. Seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 38
…. فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: “….Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada ketakutan atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
Itulah sebabnya, kenapa nabi Nuh dan umatnya seperti diceritakan dalam surat Hud ayat 48 di atas, diperintahkan mendarat dan turun dengan kedamaian (salam). Karena, mereka adalah kelompok yang mengikuti petunjuk dan tuntunan Tuhan. Berbeda dengan kelompok yang lain yang dihancurkan dan dibinasakan karena enggan dan tidak mau mengikuti petunjuk Tuhan.
Ada hal yang sangat menarik untuk kita cermati, bahwa agama kita dinamakan Islam dan pengikutnya disebut muslim. Kata Islam berasal kata salam yang ditambah satu huruf menjadi aslama (mazid bi harfin), yang dalam kaidah bahasa Arab Arab berarti aktif. Ia bukan hanya selamat dan damai, namun lebih jauh mendatangkan keselamatan dan membawa kedamian. Begitulah seharusnya seorang yang disebut muslim, hendaklah dia menyelamatkan orang lain serta membawa kedamaian pada siapupun dan di manapun. Semoga menjadi renungan!

0 komentar:

Posting Komentar